Oktober 28, 2025
IMG_1761650063039~2

🇮🇩—MOLOKUNEWS.COM—🇮🇩

 

Labuha, — Desa Yaba, yang menjadi ibu kota Kecamatan Bacan Barat Utara, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Provinsi Maluku Utara, kini menghadirkan pemandangan yang jauh dari harapan. Meski menyandang status sebagai pusat pemerintahan kecamatan, kondisi desa ini justru memprihatinkan: infrastruktur terbengkalai, jalan-jalan rusak parah, dan lingkungan dipenuhi semak belukar.

Wajah ibu kota kecamatan itu kini terlihat kumuh dan tak terurus, seolah menjadi potret wilayah yang terlupakan dari geliat pembangunan di Halsel.

Selama bertahun-tahun, warga mengeluhkan kondisi ini. Namun, pergantian kepemimpinan di tingkat kepala desa maupun camat tampaknya tak membawa perubahan berarti. Desa Yaba terjebak dalam stagnasi panjang, bahkan tertinggal jauh dibandingkan dengan kecamatan lain di Halmahera Selatan.

Kondisi jalan utama di Desa Yaba kini rusak berat. Lubang menganga di mana-mana, aspal terkelupas, dan sebagian ruas bahkan tertutup oleh rumput liar yang menjalar ke tengah jalan. Jalan yang seharusnya menjadi urat nadi aktivitas masyarakat kini lebih mirip kebun atau hutan kecil di tengah pemukiman warga.

“Katanya ini ibu kota kecamatan, tapi kenyataannya seperti tinggal di kebun. Jalan rusak parah, kiri kanan penuh rumput liar. Tidak ada bedanya dengan tinggal di tengah hutan,” keluh seorang warga Desa Yaba yang enggan disebutkan namanya, Selasa (28/10/2025).

Warga menilai kondisi ini terjadi karena lemahnya perhatian pemerintah desa dan kecamatan terhadap pembangunan infrastruktur dasar.

Sebagai pusat pemerintahan, Desa Yaba semestinya menjadi contoh tata kelola lingkungan yang baik dan bersih, bukan justru terkesan dibiarkan tanpa arah.

Kritik keras pun mengalir dari masyarakat. Camat Bacan Barat Utara, dan Pejabat Kepala Desa Yaba, , dinilai kurang menunjukkan tanggung jawab dan kepedulian terhadap kemajuan wilayah yang mereka pimpin.

Warga menuding pejabat desa dan kecamatan kerap meninggalkan tempat tugas selama berbulan-bulan, sehingga urusan administrasi dan pembangunan terbengkalai.

“Jangan hanya siap menerima jabatan, tapi kewajiban membangun desa malah diabaikan. Kalau terus dibiarkan, Yaba tidak akan pernah maju,” ujar salah seorang tokoh masyarakat dengan nada kecewa.

Nama Nurjana Lameko, mantan kepala desa, juga ikut disebut sebagai contoh kepemimpinan yang tidak memberikan dampak signifikan. Dari periode ke periode, keluhan masyarakat tetap sama: Yaba tetap tertinggal dan tidak berubah.

Sebagai ibu kota kecamatan, Desa Yaba semestinya menjadi pusat pelayanan dan wajah representatif dari Kecamatan Bacan Barat Utara. Namun realitas di lapangan justru berbanding terbalik. Infrastruktur dasar minim, perencanaan pembangunan tidak jelas, dan lingkungan tidak terawat membuat Yaba tampak tertinggal jauh dari kecamatan lain di Halsel.

“Di kecamatan lain, meski terbatas, pemerintahnya tetap berusaha memperbaiki jalan, drainase, dan kebersihan lingkungan. Tapi Yaba ini seperti dibiarkan begitu saja tanpa perhatian,” tutur warga lainnya dengan nada kesal.

Kondisi memprihatinkan tersebut mendorong masyarakat mendesak pemerintah desa, kecamatan, hingga kabupaten untuk segera turun tangan. Mereka berharap adanya langkah konkret dalam memperbaiki infrastruktur dasar seperti jalan, saluran drainase, dan penataan lingkungan.

“Lingkungan itu penting. Kalau pejabat hanya duduk diam atau sekadar menonton, maka Yaba akan terus seperti hutan. Pemerintah jangan hanya hadir di atas kertas, masyarakat butuh bukti nyata,” tegas seorang warga.

Masyarakat juga berharap agar para pejabat lebih sering berkantor di wilayahnya, bukan sekadar datang saat ada kegiatan seremonial. “Perubahan di kecamatan itu tergantung pada camat. Kalau camat jarang berada di tempat dan tidak mengontrol desa-desa di wilayahnya, bagaimana mau ada perubahan?” ujar warga lainnya.

Meski penuh keluhan, masyarakat Yaba tetap menyimpan harapan besar agar desa mereka bisa berubah. Mereka ingin melihat Yaba bangkit dan sejajar dengan pusat-pusat kecamatan lainnya di Halsel.

“Kami tidak menuntut berlebihan. Kami hanya minta perhatian: perbaiki jalan, tata lingkungan, dan jadikan Yaba layak disebut ibu kota kecamatan,” tutup seorang warga penuh harap.

Masyarakat yakin, jika ada komitmen dan kehadiran nyata dari pemerintah, Yaba bisa kembali menjadi pusat pemerintahan yang hidup, bersih, dan layak — bukan sekadar nama tanpa makna di peta Kecamatan Bacan Barat Utara.

Redaksi: RW
Editor: Mito MolokuNewsCom 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *